ETIKAP

ETIKAP

Evaluasi Tahunan Ilmiah Kinerja Agribisnis Perkebunan    Dalam rangka menjawab berbagai permasalahan yang ada di sektor usaha perkebunan, GPPI telah menyelenggarakan kegiatan  Evaluasi Tahunan Ilmiah Kinerja Agribisnis Perkebunan ke 1,2 dan 3.

ETIKAP ke 3 bekerjasama dengan GPP Jawa Barat & Banten mengusung tema “ Membangkitkan Kembali Kejayaan Usaha Perkebunan”, yang diselenggarakan  pada tanggal 12 Desember 2017,  dalam rangkaian acara Hari Perkebunan di Gedung Sate Jawa Barat.

Beberapa rumusan hasil dari ETIKAP adalahNTANGAN  DAN SOLUSI KOPI NASIONAL

  1. Isu Perdangan Kopi Nasional
      • Kekuatan branding produk kopi Indonesia di pasar dunia masih lemah.
      • Faktor yang berpengaruh nyata terhadap ekspor kopi Indonesia adalah GDP riil/kapita Indonesia, GDP riil/kapita negara tujuan, kesenjangan ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan, dan keanggotaan WTO.

     

    • Keamanan pangan, kepastian jaminan mutu dan pasokan, serta produk ramah lingkungan.

2. Tantangan Pengembangan Kopi Nasional

      • Perubahan iklim menganggu produksi dan kualitas.
      • Usaha tani kopi masih merupakan usaha sampingan oleh sebagian

    •  besar petani.
    • Adopsi teknologi budidaya dan pengolahan masih rendah.
    • Potensi Sumber Daya yang ada belum dikelola secara maksimal.
  • Kekuatan Kopi Nasional
  • Luas lahan kopi cukup luas + 1,2 juta Ha (Ditjendbun) – potensi Kesesuaian lahan untuk Arabika dan Robusta (PR > 90% dan PB)
  • Dukungan riset dan teknologi memadai – Ketersediaan bahan tanam unggul (Arabika, Robusta dan Liberika) dan penanganan pascapanen-pengolahan
  • Tenaga kerja terlatih cukup tersedia namun perlu tenaga pendamping (ToT on-f
  • arm dan off-farm).
  • Penghasil beragam produk kopi specialty (Arabika) dan fine robusta) yang berdaya saing tinggi di pasar dunia.
  • Target Pengembangan Kopi Nasional Selama 4 Tahun Berturt Turun
  • Penanaman kembali (replanting) seluas 132.000 ha secara bertahap selama 4 tahun berturut-turut.
  • Pemberdayaan petani sebanyak 16.500 orang (pelatihan dan pendampingan).
  • Penyediaan tenaga pendamping di lapangan.
  • Penambahan unit-unit pengolahan hasil di setiap wilayah pro
  • gram pengembangan guna meningkatkan kualitas.

 

TANTANGAN  DAN SOLUSI KAKAO NASIONAL
  1. Permasalahan Utama dan Solusi Pengembangan Kakao Indonesia
    • Sebagian besar tanaman tua, Perlu segera adanya peremajaan dan Perluasan area di luar sentra produksi.
    • Kesenjangan penyediaan bahan tanam unggul, sangat diperlukan metode perbanyakan massal dan sistem distribusinya.
    • Belum seluruh petani mampu menerapkan GAP dengan baik, Petani perlu pelatihan dan pendampingan.
    • Keterbatasan tenaga penyuluh, karena rendahnya minat generasi muda.

2.  Peluang Pengembangan Kakao Nasional

    • Konsumsi cokelat masih sangat rendah 0,2 kg/kapita/tahun sehingga potensial untuk ditingkatkan.
    • Pertumbuhan ekonomi Indonesia menghasilkan peningkatan kesejahteraan à jumlah kalangan menengah bertambah à dorongan konsumsi produk cokelat naik seiring perubahan gaya hidup (lifestyle).
    • Luas areal pertanian Indonesia masih cukup untuk menambah wilayah penanaman kakao.
    • Dengan berkembangnya industri pengolahan kakao mendorong ekspansi industri hilir dengan diversifikasi produk makanan dan minuman produk cokelat.
    • Target Pengembangan KAKAO
    • Replanting/Penanaman kembali lahan seluas 000 Ha yang dilakukan secara bertahap selama 4 tahun.
    • Peningkatan produktivtas dan kualitas hasil tanaman melalui intensifikasi dan peremajaan/penanaman baru.
    • Dukungan pendanaan sampai kondisi TM
    • Intensifikasi, bantuan selama 2 tahun.
    • Peremajaan/penanaman baru, bantuan selama 4 tahun.
    • Pelatihan petugas penyuluh dan petani.
    • Pembentukan kluster berbasis kakao.